Rupiah Loyo! Pernyataan Menkeu Bikin Panik, Begini Strategi BI!

Renita

Rupiah Loyo! Pernyataan Menkeu Bikin Panik, Begini Strategi BI!

Poros Informasi – Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) kembali menunjukkan pelemahan pada perdagangan Senin (22/9/2025), dibuka di angka Rp16.600 per USD, atau koreksi 0,09 persen. Data Refinitiv mencatat, pelemahan ini melanjutkan tren negatif pekan lalu, di mana Rupiah terdepresiasi 1,28 persen secara kumulatif.

Pernyataan Menkeu Jadi Biang Keladi?

Rupiah Loyo! Pernyataan Menkeu Bikin Panik, Begini Strategi BI!
Gambar Istimewa : img.okezone.com

Pelemahan Rupiah ini tak lepas dari sentimen domestik, khususnya pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang dinilai menimbulkan kebingungan di kalangan investor. Meskipun faktor eksternal juga turut berperan, pernyataan tersebut tampaknya memberikan tekanan tambahan pada mata uang Garuda.

Gubernur BI Beri Jaminan

Menanggapi situasi ini, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menegaskan komitmen BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR, Perry menjelaskan bahwa BI akan terus melakukan intervensi pasar, baik melalui transaksi di pasar luar negeri (offshore non-delivery forward) maupun dalam negeri (spot dan non-delivery forward domestik), termasuk pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Intervensi BI untuk Stabilitas Rupiah

"Untuk nilai tukar kami laporkan tetap terkendali, komitmen kami untuk melakukan stabilisasi karena ketidakpastian yang tinggi baik dari global maupun dari domestik, kami terus melakukan intervensi," tegas Perry. Ia menambahkan bahwa meskipun tekanan meningkat dalam beberapa pekan terakhir, Rupiah sepanjang September justru sempat menguat 0,30 persen dibandingkan Agustus.

Prospek Rupiah Menurut BI

Perry optimistis bahwa tren nilai tukar Rupiah akan tetap stabil dan bahkan cenderung menguat. Hal ini didasarkan pada komitmen BI dalam menjaga stabilitas, imbal hasil yang menarik, inflasi yang terkendali, dan prospek pertumbuhan ekonomi yang positif.

Faktor Global yang Mempengaruhi

Dari sisi global, Perry mengakui masih adanya ketidakpastian yang tinggi, terutama terkait langkah The Fed yang menurunkan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR). Meskipun indeks dolar (DXY) menunjukkan tren penurunan, pergerakannya masih dipengaruhi oleh dinamika ekonomi dan politik global, sehingga volatilitas aliran modal ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, masih tetap ada. "DXY tren menurun meskipun minggu ke minggu mata uang dolar dipengaruhi oleh dinamika ekonomi dan politik yang terjadi. Maka aliran modal ke emerging market memang masih terjadi volatilitas," pungkas Perry.

Baca Juga

Ikuti Kami

Tags

Tinggalkan komentar