Poros Informasi – Kehebohan melanda dunia musik Tanah Air. PT Freeport Indonesia, raksasa pertambangan, secara mengejutkan memutuskan untuk menarik diri sebagai sponsor Pestapora 2025. Keputusan ini diambil setelah hanya dua hari kerja sama berlangsung, menimbulkan gelombang protes dan pertanyaan besar di kalangan musisi dan publik.
Polemik Sponsor Tambang di Festival Musik

Beredar kabar, penarikan diri Freeport dipicu oleh protes sejumlah musisi dan kru yang keberatan dengan keterlibatan perusahaan tambang emas tersebut. Mereka menilai hal ini bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka anut. Padahal, tujuan awal kolaborasi Freeport dan Pestapora adalah untuk mengedukasi publik tentang manfaat tembaga, mineral penting dalam pembuatan alat musik dan infrastruktur listrik.
Ironisnya, inisiatif edukasi ini justru memicu kontroversi. Dinamika yang terjadi membuat penyelenggara dan Freeport sepakat mengakhiri kerja sama. Keputusan ini disebut sebagai langkah terbaik untuk menjaga kenyamanan dan keamanan seluruh pihak yang terlibat dalam festival musik tersebut.
Mengenal Lebih Dekat PT Freeport Indonesia
PT Freeport Indonesia merupakan perusahaan tambang mineral yang berafiliasi dengan Freeport-McMoRan (FCX) dan MIND ID. Perusahaan ini beroperasi di wilayah terpencil Pegunungan Sudirman, Kabupaten Mimika, Papua, dengan fokus utama penambangan dan pengolahan bijih tembaga, emas, dan perak. Hasil produksi diekspor ke berbagai negara dan juga dipasok ke smelter tembaga domestik, PT Smelting.
Tambang Grasberg di Papua, yang dikelola Freeport, merupakan salah satu deposit tembaga dan emas terbesar di dunia. Saat ini, Freeport tengah beralih dari penambangan terbuka ke penambangan bawah tanah di Grasberg, dengan proyek pengembangan beberapa tambang bawah tanah berskala besar dan berumur panjang untuk memastikan keberlanjutan produksi tembaga dan emas.
Peristiwa ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang etika sponsor dalam industri hiburan dan bagaimana perusahaan besar perlu mempertimbangkan dampak sosial dari keterlibatan mereka dalam acara publik. Ke depannya, perlu kajian lebih lanjut mengenai bagaimana perusahaan pertambangan dapat berkolaborasi dengan industri kreatif tanpa menimbulkan kontroversi.






