Poros Informasi – Groundbreaking pembangunan Flyover Panorama I (Sitinjau Lauik I) di Padang, Sumatera Barat, baru saja dilakukan Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo. Proyek senilai Rp2,79 triliun ini menyimpan rahasia penting di baliknya.
Mengurai Benang Kusut Kemacetan dan Kecelakaan

Jalur Sitinjau Lauik selama ini dikenal sebagai titik rawan kecelakaan dan kemacetan parah. Kelokan tajam dan gradien ekstrem menjadi biang keladinya. Flyover ini diharapkan menjadi solusi ampuh untuk mengatasi masalah tersebut. "Pembangunan ini bertujuan memperbaiki geometrik jalan, meningkatkan keselamatan pengguna jalan, mempercepat waktu tempuh, dan menurunkan biaya logistik, sehingga berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi," jelas Menteri Dody dalam keterangan resminya, Minggu (4/4/2025).
Tantangan Gempa Bumi: Sebuah Pertimbangan Krusial
Namun, pembangunan flyover ini tidaklah mudah. Sumatera Barat dikenal sebagai daerah rawan gempa. Menteri Dody menekankan pentingnya aspek ketahanan gempa dalam konstruksi Flyover Panorama I. Hal ini menjadi pertimbangan krusial mengingat potensi pergerakan patahan di wilayah tersebut. Konstruksi harus mampu menahan guncangan gempa untuk menjamin keselamatan dan keamanan jangka panjang.
Skema KPBU-AP: Kolaborasi untuk Infrastruktur Unggulan
Proyek ambisius ini dijalankan melalui skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dengan metode availability payment (AP). Nilai investasi yang fantastis, Rp2,79 triliun, menunjukkan komitmen besar pemerintah dalam mengatasi permasalahan infrastruktur di Sitinjau Lauik. Skema KPBU-AP diharapkan mampu menarik investasi swasta sekaligus memastikan kualitas pembangunan sesuai standar.
Pembangunan Flyover Panorama I bukan sekadar proyek infrastruktur biasa, melainkan sebuah investasi strategis untuk meningkatkan keselamatan, efisiensi, dan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat. Tantangan ketahanan gempa menjadi perhatian utama yang harus diatasi untuk memastikan keberhasilan proyek jangka panjang ini.